Bersama-sama dengan beberapa spesies crustacea lainnya seperti udang dan kepiting, lobster termasuk makanan yang enak dan kaya gizi. Sayangnya, lobster sebagai salah satu makanan enak dan kaya gizi justru kurang populer di Indonesia.
Padahal, lobster adalah makanan laut (seafood) yang memiliki rasa dan juga tekstur serupa dengan udang. Yaitu, memiliki daging kenyal yang berserat dengan rasa gurih dan manis.
Lobster sendiri bisa diolah menjadi berbagai macam makanan dan bisa dimasak dengan berbagai cara. Mulai dari, direbus, dikukus, atau untuk ditambahkan ke hidangan lain juga bisa.
Kandungan gizi lobster yang kaya akan protein, omega 3, tembaga, vitamin B3, vitamin B6, dan folat, membuatnya baik untuk kesehatan dan pertumbuhan. Selain sejumlah nutrisi seperti yang saya sebutkan tadi, lobster (laut) juga mengandung sodium.
Rendahnya popularitas lobster di Indonesia memang bisa dimaklumi, mengingat harga lobster sangat mahal. Di salah satu restoran seafood terkenal di Jakarta, harganya bahkan bisa menjadi 150 ribuan per ons. Itu, artinya, hidangan seekor lobster jumbo bisa saja dihargai hingga Rp 2 jutaan.
Pernahkah kalian bertanya-tanya, mengapa harga lobster sangat tinggi di Indonesia? Jika di telisik, kira-kira beberapa faktor inilah yang menyebabkan harga lobster begitu tinggi.
- Karena pertumbuhannya yang relatif lambat
- Membutuhkan banyak pakan selama budidaya
- Budidaya lobster juga tidak mudah, karena lobster rentan terkena berbagai macam penyakit sehingga membutuhkan perhatian ekstra untuk merawatnya
- Harga benih lobster sangat mahal
- Lobster sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan
- Budidaya lobster dari benih hingga panen kadang membutuhkan waktu antara 1 hingga 2 tahun
- Tingkat keberhasilan budidaya lobster sangat rendah
Peluang Bisnis Lobster di Indonesia
Budidaya lobster merupakan salah satu peluang bisnis yang cukup menjanjikan di Indonesia, karena Indonesia merupakan salah satu penghasil benih lobster terbesar. Di samping itu, perairan di Indonesia juga disebut-sebut sangat cocok untuk membudidayakan lobster.
Hasil budidaya lobster, selain bisa dijual di pasar domestik juga bisa diekspor ke mancanegara seperti Jepang, China, hingga Amerika.
Salah seorang pemuda lokal yang mencoba menangkap peluang besar bisnis Lobster di Indonesia adalah Hendra. Seorang pemuda Lulusan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya yang merasa terpanggil untuk melakukan perubahan. Terlebih, ketika ia melihat banyak nelayan kerapu di Situbondo yang kehilangan pekerjaannya akibat gagal panen.
Keinginannya untuk membangkitkan geliat nelayan lobster semakin besar setelah ia kembali dari Vietnam. Di mana, Hendra menyaksikan sendiri bagaimana lobster di Vietnam menjadi salah satu devisa terbesar di negara tersebut yang mencapai USD 200 miliar. Padahal, 95% benih lobster yang dibudidayakan di Vietnam berasal dari Indonesia.
Hendara bercita-cita untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen lobster terbesar di dunia pada 2030 nanti.
“Potensi lobster di Situbondo (pantai utara) bagus. Kalau benih dari pantai Selatan, dari Lombok, sampai Ujung Kulon, kita nggak ada musimnya. Kalau di Vietnam nggak bisa,” tutur Hendra.
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Hendra bersama dua rekannya yang merupakan lulusan dari fakultas manajemen dan elektro, mencoba membuat alat produksi lobster berbasis Internet of Things (IoT).
Menciptakan “Lobstech”: Alat Produksi Lobster Berbasis IoT
Setelah melakukan penelitian selama kurang lebih 2 tahun sejak 2015 untuk mengetahui berbagai kendala yang dihadapi oleh para nelayan dalam membudidayakan lobster di keramba, Hendra lalu membuat sebuah alat (sensor) berbasis Internet of Things (IoT) yang ia beri nama “Lobstech,” yang berfungsi untuk mengontrol kualitas air.
Cara kerja Lobstech sebenarnya sangat sederhana. Sebuah sensor akan diletakkan di dalam keramba dan dihubungkan ke komputer untuk menganalisa data. Data-data yang dihasilkan dapat dipantau langsung melalui smartphone.
Setelah menciptakan alat tersebut, Hendra mencoba menawarkannya kepada para nelayan untuk meningkatkan hasil budidaya lobster mereka. Akan tetapi, para nelayan masih enggan karena merasa teknologi ini belum terbukti dan biayanya mahal.
Untuk memancing minat para nelayan agar mau menggunakan Lobstech dalam membudidayakan lobster, Hendra mencoba menawarkan kerjasama yang tidak membebani para nelayan.
Salah satu caranya adalah dengan meminjamkan benih lobster bagi para nelayan yang tertarik menggunakan Lobstech. Setelah panen, para nelayan bisa mengembalikan lobster yang dipinjamnya dengan berat yang sama. Itu artinya, jika nelayan diberikan pinjaman benih lobster 50 kg, maka mereka hanya perlu mengembalikan lobster dengan berat yang sama pada saat panen nanti.
Ternyata skema kerjasama ini berhasil memancing minat para nelayan untuk membudidayakan lobster dengan menggunakan teknologi Lobsctech.
Setelah menggunakan teknologi Lobstech, hasil budidaya lobster di keramba para nelayan meningkat hingga 50%. Kemudian, budidaya lobster juga jadi lebih cepat. Jika biasanya siklus panen akan memakan waktu hingga 6 bulan, setelah menggunakan Lobstech siklus panennya menjadi 3 bulan saja.
Salah satu mitra yang menggunakan teknologi Lobstech menuturkan bahwa ia kini bisa menikmati pendapatan bersih hingga 5 juta per keramba. Padahal, sebelum bergabung menjadi mitra Lobstech, ia selalu merugi hingga keramba-kerambanya pun kosong.
Sampai pertengahan 2023, teknologi Lobstech telah digunakan pada lebih 200 karamba laut yang tersebar di berbagai daerah. Mulai dari Situbondo, Pacitan, Jember, hingga Lombok (Nusa Tenggara Barat).
![]() |
image from radioidola.com/ |
Inonvasi “Lobstech” Membawa Hendra Meraih Award dari Astra
Berkat inovasi teknologi Lobstech yang membantu meningkatkan produktivitas budidaya lobster para nelayan, Hendra pun meraih penghargaan SATU Indonesia Awards dari Astra pada tahun 2021.
Para dewan juri menobatkan Hendra sebagai salah satu penerima Award dari Astra karena jasanya dalam mengenalkan inovasi teknologi yang sangat dibutuhkan oleh para nelayan lobster untuk memantau dan manajemen serta memudahkan pengelolaan budidaya lobster di keramba.
Dengan teknologi Lobstech, para nelayan kini bisa lebih mudah dalam mengontrol suhu air, kadar oksigen, dan pemberian pakan secara teratur melalui smartphone mereka. Dengan bantuan alat ini, hasil budidaya lobster para nelayan bisa meningkat 50%.
0 comments: