Sunday, 3 November 2024

Kisah Perjuangan Muhammad Aria Yusuf untuk Menyejahterakan & Membantu Petani Kelapa Lepas dari Tengkulak

Hingga saat ini, kehadiran tengkulak kerap disebut-sebut sebagai “pisau bermata dua” bagi para petani di Indonesia. Di satu sisi, kehadiran mereka sangat membantu para petani. Tapi di sisi lain, tengkulak juga disebut-sebut sebagai salah satu penyebab petani terjebak dalam kemiskinan.

Bagi kita yang belum begitu mengenal tengkulak, mungkin bertanya-tanya, ‘Mengapa kehadiran mereka dianggap membantu petani?’ Bahkan, jangan heran apabila banyak petani yang menganggap tengkulak sebagai pahlawan. Bagaimana mungkin?

Ya, saya yakin banyak diantara kita yang menganggap tengkulak hanya merugikan petani. Meskipun ada benarnya bahwa tengkulak kerap merugikan petani, akan tetapi, di beberapa kondisi, tengkulak justru dianggap sebagai penyelamat.


Khususnya bagi petani yang membutuhkan dana cepat untuk modal. Di sinilah para tengkulak kerap muncul sebagai pahlawan bagi para petani karena mereka bisa menyediakan modal dengan cepat dan dalam jumlah yang tak terbatas.

Karena membutuhkan modal yang cepat dan banyak inilah mengapa banyak petani yang lebih suka meminjam uang kepada tengkulak daripada meminjam uang di koperasi atau di bank yang sejatinya menawarkan bunga lebih rendah.

Meskipun meminjam modal kepada para tengkulak bukan opsi terbaik bagi sebagian besar petani. Akan tetapi, keterbatasan jumlah modal yang bisa dipinjam dari koperasi atau bank membuat banyak petani terpaksa meminjam kepada tengkulak. Belum lagi, proses dan syarat meminjam di bank atau koperasi yang seringkali dirasa terlalu rumit untuk dipenuhi. 

Itulah alasan kenapa kehadiran para tengkulak ini kerap dianggap sebagai solusi oleh para petani. Meskipun mereka menyadari bahwa pinjaman modal dari tengkulak justru membuat mereka terjebak dalam kemiskinan.

Memang sangat disayangkan. Mengingat, pinjaman modal dari para tengkulak seringkali membuat petani tidak memiliki kekuatan tawar sehingga mereka terpaksa harus menjual hasil panen kepada para tengkulak yang meminjamkan mereka modal. Tidak berhenti hingga di sana, terkadang para tengkulak lah yang menentukan harga, bukan para petani. Kondisi inilah yang membuat para petani semakin sulit untuk mencapai taraf sejahtera.

Petani Kelapa di Indonesia

Kelapa merupakan salah satu sektor pertanian terbesar di Indonesia dan dianggap sebagai tulang punggung perekonomian, khususnya di desa-desa.

Lahan kelapa di Indonesia disebut-sebut sebagai salah satu yang terluas di dunia. Karena itu tak mengherankan apabila setiap tahun Indonesia mampu menghasilkan lebih dari 1000 ribu ton kelapa.

Sejumlah daerah yang disebut-sebut sebagai penghasil kelapa terbesar di Indonesia diantaranya adalah: Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah, Jawa Timur dan Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Maluku, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan, hingga Jambi.

Selain daerah-daerah yang sudah saya sebutkan di atas, sebenarnya nyaris di setiap daerah pasti bisa dengan mudah kita jumpai kebun kelapa. Ini tidak lepas dari kondisi iklim di Indonesia yang memang cocok untuk membudidayakan kelapa. Di samping itu, panah-panah di Indonesia juga tergolong subur di samping faktor geografis Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau.

Itulah sebabnya mengapa petani kelapa di Indonesia jumlahnya sangat banyak. Tapi lagi-lagi, para petani kelapa ini setali tiga uang dengan petani di sektor lain, yang sulit mencapai taraf sejahtera akibat terjebak tengkulak.

Bayangkan, para petani kerap kali harus menjual hasil panen kelapa mereka kepada para tengkulak dengan harga yang terlampau murah.

Di wilayah Tembilahan dan Indragiri Hilir Provinsi Riau adalah salah satu contohnya. Di sini, harga kelapa para petani oleh tengkulak hanya dihargai Rp400 s/d Rp1300 saja per kilogram.

Kondisi inilah yang membuat Muhammad Aria Yusuf dan 3 temannya yang masing-masing memiliki keahlian di bidang IT, logistik, cukai, dan pertanian, berinisiatif untuk mendirikan InacomID.

Mengenal InacomID

image source from kompas.id

Tujuan utama InacomID didirikan adalah untuk menyejahterakan dan mendukung petani, khususnya petani kelapa dengan bantuan teknologi. Jika dirinci, InacomID memiliki 3 tujuan utama, yaitu:

Menyejahterakan petani kelapa dengan meningkatkan daya tawar produk-produk berkualitas. Dengan begitu, petani tidak perlu menjual produk-produknya yang berkualitas tinggi dengan harga murah kepada tengkulak.

Sebaliknya, produk-produk berkualitas tersebut bisa dijual langsung ke pasar dengan harga yang lebih mahal. Cara ini terbukti bisa meningkatkan pendapatan petani hingga 50%.

Strategi ini telah terbukti berhasil meningkatkan nilai penjualan kelapa di wilayah Tembilahan dan Indragiri Hilir yang tadinya hanya ditawar Rp400 sampai Rp1300 per kilogram, kini bisa meningkat menjadi 700–2100 rupiah per kg.

Tujuan kedua adalah menghubungkan para petani dengan pasar secara langsung. Misalnya, agar para petani bisa lebih mudah terkoneksi langsung dengan pemilik lahan, pelaku usaha kecil mikro, pasar lokal, maupun pasar internasional.

Singkatnya, ini memudahkan para petani untuk mengakses pasar tanpa harus melalui tengkulak, sehingga pendapatan mereka pun bisa meningkat.

Tujuan ketiga adalah memberikan edukasi mengenai praktek pertanian modern agar para petani bisa meningkatkan kualitas produknya dan bisa menjual produk dengan quantity yang lebih banyak.

Hingga saat ini, InacomID telah beroperasi di 5 provinsi yang meliputi 9 kabupaten seperti:

  1. Kabupaten Tembilahan di Provinsi Riau
  2. Indragiri Hilir di Provinsi Riau
  3. Tanjung Jabung di Timur Provinsi Riau
  4. Lampung Selatan
  5. Surabaya di Provinsi Jawa Timur 
  6. Buton Utara di Provinsi Sulawesi Tenggara
  7. Donggala di Provinsi Sulawesi Tengah

Kehadiran InacomID di berbagai wilayah tersebut tidak hanya berdampak positif bagi para petani kelapa yang terlibat langsung, tapi juga berdampak positif bagi masyarakat di sekitarnya. Pasalnya, kehadiran InacomID telah membantu menyerap antara 800 hingga 1000 tenaga kerja yang sebagian besar berasal dari kalangan ibu rumah tangga.

Muhammad Aria Yusuf Raih Penghargaan SATU Indonesia Awards dari Astra

Muhammad Aria Yusuf dan timnya mendapatkan apresiasi pada ajang 11th SATU Indonesia Awards pada tahun 2020 berkat inovasi InacomID yang mereka kembangkan.

Penghargaan ini adalah bentuk dukungan Astra bagi generasi muda Indonesia yang dianggap berkontribusi positif dalam 5 bidang berikut: teknologi, sosial, dan lingkungan, kesehatan, dan kewirausahaan.

Para finalis yang terpilih akan mendapatkan dana pembinaan sebesar Rp65.000.000 (enam puluh lima juta rupiah), plus pembinaan kegiatan guna mendukung kelanjutan kegiatan atau proyek mereka.

Cara Mengikuti Program Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia Awards

Program Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia Awards adalah ajang penghargaan dari Astra bagi pemuda yang berprestasi.

Ajang SATU Indonesia Awards telah menjadi agenda tahunan sejak tahun 2010. Pada tahun 2024 ini, ajang tersebut memasuki penyelenggaraan ke-15. Adapun para pemenang 15th SATU Indonesia Awards 2024 telah diumumkan dan bisa kami lihat dengan mengunjungi laman https://www.astra.co.id/satu-indonesia-awards.

Kini saatnya kamu mempersiapkan diri untuk menjadi salah satu kandidat pemenang dalam ajang anugerah pewarta Astra yang ke-16 untuk periode tahun 2025.

Kalau kamu merasa punya kontribusi positif bagi masyarakat maupun kehidupan berkelanjutan, segera daftarkan dirimu di website https://satuindonesiaawards.astra.co.id. Di sana, kamu juga akan mendapatkan informasi yang lebih lengkap mengenai syarat maupun ketentuan serta formulir pendaftaran.

Previous Post
Next Post

post written by:

Seorang ibu yang senang menulis tentang motivasi diri, parenting dan juga tentang kehidupan sehari-hari di Jombloku. Semoga blog ini bisa membawa manfaat buat kita semua.

0 comments: