Seorang analis internet dari Bernstein Research bernama Mark Shmulik memaparkan hasil penelitian terbaru mengenai “kebiasaan baru” generasi Z (kelahiran 1997–2012) yang lebih suka mencari informasi melalui platform social media semisal TikTok dan Instagram daripada di Google.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Talker Research dan Forbes Advisor terhadap 2000 generasi Z (Gen-Z) menunjukkan bahwa 45% dari mereka tidak lagi menggunakan mesin pencarian Google untuk mencari informasi. Sebagai gantinya, mereka lebih suka mencari informasi seperti rekomendasi tempat makan, tempat belanja, dan berbagai informasi lainnya melalui platform social media seperti TikTok dan Instagram.
Penyebab Gen-Z Tidak Lagi Mengandalkan Google untuk Mencari Info di Internet
Generasi Z kini semakin jarang mengandalkan mesin pencari seperti Google yang telah teruji untuk mencari informasi. Sebagai gantinya, mereka lebih suka mencari info lewat platform media sosial seperti TikTok.
Salah satu alasan yang menyebabkan Gen-Z tidak lagi mengandalkan Google untuk mencari informasi dan beralih ke TikTok ataupun Instagram adalah karena format video singkat yang ditawarkan oleh kedua platform tersebut dirasa lebih menarik dan mudah dicerna.
Sebenarnya tidak hanya Gen-Z, sebagian besar masyarakat kini lebih banyak menghabiskan waktu di sosmed semisal TikTok. Sehingga, meskipun tidak secara langsung mencari informasi, namun berbagai paparan informasi yang mereka dapatkan dari TikTok kerap dijadikan sebagai acuan tanpa mengecek valid tidaknya informasi tersebut. Apalagi, jika yang menyampaikan informasi tersebut adalah seorang influencer terkenal yang punya banyak pengikut (follower).
Dampak Negatif Cari Info di Sosial Media
Tren mencari informasi lewat sosial media yang sering dilakukan oleh Gen-Z ini sebenarnya membawa konsekuensi tersendiri. Pasalnya, sosok-sosok yang dijadikan acuan (sumber info) oleh Gen-Z bukanlah ahli di bidangnya, melainkan influencer.
Mengambil informasi dari influencer tidak sepenuhnya salah. Hanya saja, banyak influencer yang populer tapi tidak memiliki tingkat kredibilitas di bidang ilmiah yang dibutuhkan.
Jadi, meskipun influencer punya kemampuan dalam mempengaruhi persepsi audience-nya, sayangnya banyak diantara mereka yang tidak memiliki latar pendidikan yang memadai, khususnya dalam bidang gizi dan kesehatan.
Berbekal ketenaran dan kemampuannya menarik perhatian penonton, mereka sering memanfaatkan kemampuan tersebut untuk mempromosikan berbagai produk dan menyebarkan pandangan yang kerap tidak didukung bukti ilmiah yang cukup.
Akibatnya, risiko penyebaran informasi yang keliru menjadi sangat tinggi dan berpotensi menyesatkan banyak orang. Akibatnya, orang-orang yang mendapatkan informasi yang salah berpotensi mengambil keputusan yang salah tentang kesehatan dan gizi mereka.
Fenomena inilah yang disoroti oleh Ayu Fauziyyah Adhimah seorang ahli gizi sekaligus penerima apresiasi SATU Indonesia Awards di bidang kesehatan dari Astra pada tahun 2024 ini.
Menurut Ayu, kondisi ini turut diperparah oleh minimnya sumber informasi yang valid mengenai gizi atau pendapat-pendapat seputar gizi yang memiliki dasar-dasar ilmiah atau yang didukung oleh para ahli di bidangnya.
Hal inilah yang membuat Ayu Fauziyyah Adhimah beserta dua orang rekannya yaitu Yusrina Husnul dan Salsabila Fasya untuk membuat sebuah platform edukasi gizi.
Platform Edukasi Gizi: Gizipedia Indonesia
Seperti yang saya disinggung di atas tadi, platform edukasi gizi (Gizipedia Indonesia) ini dibuat karena keresahan Ayu Fauziyyah Adhimah yang melihat perkembangan fenomena baru di kalangan masyarakat.
Di mana, masih banyak masyarakat yang cenderung lebih percaya sama info-info mengenai gizi yang dipaparkan oleh influencer daripada ahli gizi yang kompeten. Padahal banyak influencer yang yang mereka jadikan sebagai rujukan, justru tidak memiliki background pendidikan di bidang gizi.
Selain untuk membantu masyarakat yang ingin mencari sumber info mengenai gizi yang valid, Gizipedia juga dimaksudkan untuk membantu meningkatkan pemahaman masyarakat tentang nutrisi.
Pasalnya, meski zaman sudah cukup modern, namun sayangnya masih banyak masyarakat yang kerap menjadi korban hoax dan iklan.
Kental manis adalah salah satu contohnya. Hingga saat ini, masih banyak masyarakat yang menyebut kental manis sebagai “susu.”
Tidak hanya dalam hal penyebutannya, masih banyak juga masyarakat yang meyakini bahwa kental manis memiliki kandungan susu bernutrisi tinggi layaknya produk susu lainnya.
Sayang, anggapan tersebut salah. Karena, meskipun terbuat dari produk susu cair yang diuapkan, namun SKM mengandung gula yang sangat tinggi, nyaris 50% dan kadar lemak susu 8% serta protein minimal 6,5%.
BPOM sendiri telah merilis surat edaran (nomor HK.06.5.51.511.05.18.2000) pada tahun 2018 yang lalu mengenai “Label dan Iklan pada Produk Susu Kental dan Analognya” (Kategori Pangan 01.3). Meski telah diedarkan sejak lama namun masih banyak masyarakat yang belum mengetahuinya.
Hal lainnya yang berkaitan dengan gizi dan menjadi sorotan adalah, kondisi di mana masyarakat masih banyak yang belum paham ‘cara memasak’ sayuran untuk menjaga nutrisi yang terkandung di dalamnya.
Hingga kini, masih banyak masyarakat yang mengolah sayur-sayuran dengan cara direbus atau digoreng secara berlebihan, hingga membuat vitamin yang terkandung di dalam sayur-sayuran menjadi rusak.
Di lain pihak, banyak masyarakat yang masih menghadapi kesulitan dalam menghitung kandungan nutrisi pada berbagai makanan yang mereka konsumsi. Kurangnya pemahaman mengenai komposisi gizi dan bagaimana mengukur kebutuhan nutrisi harian sering kali membuat upaya menjaga kesehatan melalui pola makan seimbang menjadi terasa sangat sulit.
Selain untuk mengedukasi masyarakat, Gizipedia juga dimaksudkan sebagai sumber rujukan bagi profesional di bidang gizi seperti, dietisien, nutrisionis, dan ahli gizi lainnya.
Juga, untuk mahasiswa yang belajar di bidang gizi agar mereka bisa mengikuti perkembangan terbaru mengenai gizi dan nutrisi.
Dan yang terakhir, Gizipedia diciptakan untuk para pendidik atau praktisi kesehatan yang ingin mendapatkan mencari rujukan yang valid serta untuk memberikan pemahaman mendalam kepada siswa tentang pentingnya gizi.
Gizipedia Disokong oleh Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
Untuk memastikan validitas informasi tentang nutrisi yang disajikan di platform Gizipedia Indonesia, pihak pengelola membatasi penulisnya hanya pada para ahli gizi seperti:
- Dietisien. Yaitu, seorang ahli gizi yang telah menempuh pendidikan formal di bidang ilmu gizi dan telah menyelesaikan program pendidikan profesi dietisien. Mereka memiliki pengetahuan yang mendalam tentang nutrisi, diet, dan kesehatan, serta dilatih secara profesional untuk memberikan layanan konsultasi, menyusun program diet, dan mengelola terapi gizi medis.
- Nutrisionis. Adalah seorang profesional di bidang gizi yang memiliki latar belakang pendidikan formal di ilmu gizi atau lulusan program sarjana gizi. Mereka memiliki pengetahuan mendetail tentang nutrisi, metabolisme, dan peran nutrisi yang mendukung kesehatan serta pencegahan penyakit.
Hal ini dilakukan agar setiap konten yang dipublikasikan memiliki keakuratan yang tinggi dan didukung oleh pengetahuan profesional yang sesuai dengan standar di bidang gizi.
Kreasikan Gizipedia, Ayu Fauziyyah Adhimah Diganjar Award oleh Astra
Melalui ajang SATU Indonesia Awards 2024, Astra International Tbk telah memberikan apresiasi kepada Ayu Fauziyyah Adhimah atas kontribusinya dalam menciptakan platform gizi untuk pembangunan bangsa yang berkelanjutan.
Penghargaan ini bukan hanya sekadar pengakuan atas prestasi individu, tetapi juga sebagai bentuk dukungan Astra kepada pemuda-pemudi Indonesia yang berkontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan.
Gizipedia, sebagai platform edukasi gizi yang inovatif, telah diharapkan bisa dijadikan sebagai acuan gizi dan bisa mengubah pola pikir masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang.
Melalui apresiasi ini, Astra berharap akan semakin banyak anak muda yang mau berinovasi, berkreasi, dan berperan aktif dalam menciptakan perubahan yang positif di masyarakat serta lingkungan.
Prestasi gemilang Ayu Fauziyyah Adhimah dalam meraih SATU Indonesia Awards 2024 adalah bukti bahwa generasi muda Indonesia sejatinya memiliki potensi yang luar biasa.
Selain Ayu Fauziyyah Adhimah, sebenarnya masih ada banyak finalis SATU Indonesia Awards lainnya yang telah berhasil mendapatkan dana apresiasi sebesar 65 juta rupiah dan berbagai dukungan untuk mempertahankan dan memajukan kegiatan mereka.
Ulasan mengenai pemuda-pemuda inspiratif yang meraih SATU Indonesia Awards dari Astra bisa kalian lihat di postingan saya sebelumnya. Mereka semua adalah contoh nyata bagi kita-kita generasi muda Indonesia yang punya tekad untuk membuat perubahan positif bagi orang-orang di sekitar kita maupun lingkungan.
Buat kalian yang tertarik untuk menjadi finalis SATU Indonesia Award, yuk daftarkan diri kalian atau tim/kelompok kalian di https://satuindonesiaawards.astra.co.id/.
0 comments: