Sunday 4 April 2021

Pengalaman Naik Pesawat Bersama 2 Bayi

Naik pesawat dengan 2 bayi sekaligus adalah pengalaman baru untuk saya. Bukan.. Mereka bukan bayi-bayi saya, tapi bayi adik ipar saya. Perjalanan mudik dari Jawa ke Kalimantan ini merupakan acara liburan bareng adek ipar yang ingin manfaatin waktu cuti melahirkan yang dia punya.



Karena mungkin waktu 3 bulan itu lumayan banget buat tinggal dirumah aja, makanya ia gunakan buat mudik ke rumah orang tuanya. Biasanya sih orang tua yang datang ke Jawa, tapi Qodarullah.. Mama mertua sedang sakit yang belakangan kita tahu ternyata terkena Covid (hasil pemeriksaan reaktif setelah sakit lebih dari 2 minggu dengan gejala batuk tak berhenti, panas dingin bergantian, dan gak nafsu makan)

Awalnya ada sedikit drama karena sakitnya mama bukan bagian dari rencana saat akan pulang. Biasanya, mama mertua orang yang paling ceria dan sehat sepanjang waktu. Memang kalau sudah takdir dari Allah, kita tidak bisa mengundur ataupun menundanya. Untuk cerita tentang Covid dan dunia Corona di Kalimantan akan saya ceritakan di postingan lain ya.. 

Pengalaman melakukan perjalanan dengan Bayi

Awalnya, adik saya berangkat lebih dulu bareng anak saya Kinza karena saya harus menghadiri pernikahan adek sepupu di Jawa. Namun, suaminya harus pulang lebih awal karena akan ada ujian di kampusnya.

MasyaAllah.. Nampaknya perjalanan saya kemarin adalah perjalanan yang sungguh luar biasa. Berikutnya Saya bersama dua anak lelaki saya Kinza (7 tahun) dan Zayn (3,5 tahun) bareng dengan suami dan adek ipar saya dengan dua bayi Ula (1,5 tahun) dan Elman (3 bulan) tanpa suami adik ipar.

Sebenarnya, saya sudah membayangkan akan banyak drama saat perjalanan pulang. Mengingat situasi kami yang berangkat dari rumah selepas subuh sekitar pukul 06.00 WITA. Di jam ini, bayi-bayi harus sudah ready buat pergi karena pesawat kami pukul 17.30 WITA.

“Kok pagi banget sih berangkatnya? Kan masih nanti sore?”

Bhaikkkk.. Sekarang saya jelaskan gimana jauhnya rumah orang tua kami dari Bandara.

Desa Padang Pengrapat, Tanah Grogot, Paser adalah tempat orang tua kamu tinggal. Kami harus melakukan perjalanan ke Penajam Paser Utara untuk nyebrang menuju Balikpapan. Dari Tanah Grogot menuju Penajam membutuhkan waktu sekitar 5 jam dengan kecepatan standar tanpa berhenti.

Berhubung kita bersama bayi, belum sarapan juga jadinya kita harus menyesuaikan dengan keadaan yang ada. Berhenti untuk makan atau sekedar rehat karena bayi bayi rewel sudah diantisipasi.

Sebenarnya waktu berangkat tidak begitu heboh ya, karena bayi-bayi masih fit dan belum capek. Kami bertiga bergantian menggendong Ula dan Elman karena mereka sibuk rebutan “nen” alias mimik Asi Umminya, bhaikk.. Sampai sini pasti paham. Ini tidak begitu repot karena masih ada mama mertua yang gantiin. Sementara anak saya Zayn juga lumayan ribet sementara Abi-nya nyetir mobil. 

Zayn memang begitu, dia susah sekali di alihkan perhatiannya, kalau sudah mau A ya A. Apalagi dia sempat muntah karena mungkin belum sarapan. Makanya, waktu Ayah mertua mengambil alih kemudi, saya merasa tenang karena Zayn bisa diatasi Abinya.

Drama Dimulai Saat naik Ferry menuju Pelabuhan Kariangau

Hujan yang tak berhenti disepanjang perjalanan kami menuju Penajam membuat suasana makin galau. Tidak masalah kami yang tua-tua kehujanan, tapi bayi-bayi tidak boleh kehujanan. 

Untungnya, di mobil Ayah ada 3 payung yang sebenarnya saya juga heran, kenapa ada banyak sekali payung yang berada di lain tempat. Salut buat Ayah yang tidak terduga haha. Kami sempat menolak diantar oleh Mama dan Ayah sampai pelabuhan Kariangau di seberang sana. Mengingat mama masih dalam masa pemulihan yang masih nggak boleh terlalu capek.

Namun, akhirnya saya bersyukur banget karena beliau mendampingi kami sampai seberang.

Di Kariangau Nggak ada Grab yang Mangkal

Waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 WITA, kami menuju ruang tunggu untuk melanjutkan perjalanan berikutnya. Tujuan kami adalah Rumah Sakit TNI AL Dhomber untuk melakukan tes antigen. Ya.. sekitar 1 jam perjalanan dari pelabuhan.

Awalnya yang santai karena mengira bakalan nemu langsung Grabber yang stay di pelabuhan, akhirnya adrenalin kita kembali diuji, Nggak ada grab! Tidak ada satupun driver dalam jangkauan, ada sekitar 30 menit kami galau disana. Tapi adek saya pinter juga, dia ubah pin buat nyari grab car nya. Qodarullah.. Ada grab yang barusan ngantar penumpang menuju pelabuhan. 


Previous Post
Next Post

post written by:

Seorang ibu yang senang menulis tentang motivasi diri, parenting dan juga tentang kehidupan sehari-hari di Jombloku. Semoga blog ini bisa membawa manfaat buat kita semua.

0 comments: