Sunday 25 December 2016

Hikmah - Belajar Membiasakan Hal Baik

Kemaren, si Mas ngajakin saya bertemu dengan sahabatnya saat ia masih sekolah di Tebu Ireng. Awalnya mas Joo ragu-ragu mau dateng,

"Dateng gak dek?" Katanya, padahal udah ngasih tau kalau mau ngajakin saya dan Kinza buat ketemu sama temennya.

Kinza dan sahabat Abi-nya


"Lhoh gimana sih, kan mas yang pegang kendali, malah ragu sendiri" kata saya. Ya sudah akhirnya kami berangkat ke Tebu Ireng buat jumpa sama sahabatnya. Ada banyak hal yang saya pelajari disetiap pertemuan saya dengan orang-orang baru. Dari sosok orang baru sampai lingkungan yang saya datangi hingga kejadian-kejadian menarik yang gak bisa dilewatkan begitu saja. Saya, mempelajari semua dengan pikiran sederhana dan evaluasi diri untuk jadi lebih baik.


Si Anak sadar Sampah


Ya.. jangan sebut ini sesuatu yang jelek ya, anak sahabat suami saya ternyata peduli banget sama sampah. Badannya yang tambun dan murah senyum ini namanya Faruq. Beberapa kali bermain sama Kinza dan Kinza sendiri adalah anak yang supel -mungkin seperti saya haha- akhirnya mereka bermain sebentar. Usia Faruq mungkin sekitar 6-7 tahunan gitu. Kesadarannya akan sampah membuat saya belajar buat membiasakan anak-anak untuk selalu membuang sampah ditempatnya. Faruq mengambil sampah yang dibuang oleh tangan tak bertanggung jawab di dalam Masjid Terbuka depan SMP Tebu Ireng. Meski kata Bundanya Faruq adalah anak yang paling cuek dari ketiga saudaranya dalam urusan kebersihan, ternyata pengaruh keluarga di dalam rumah sangat menentukan sikap anak-anak diluar rumah.

Sesamai di rumah, saya sedikit malu dengan diri saya sendiri yang kurang perhatian dengan kerapian, akhirnya.. saya mulai peduli dengan barang-barang kecil yang membuat berantakan.

Budaya Antri, hal yang sulit diterapkan


Saya membayangkan ketika saya punya anak kecil dan kebelet pipis tapi gak ada yang mau ngalah saat di tempat umum. Jadi ceritanya kemaren saya mengalami hal ini. Hampir setengah jam saya antri di depan kamar mandi gara-gara diserobot beberapa kali. Kemudian hal lain yang membuat saya kagum dengan sangat berpengaruhnya kebiasaan kecil tentang toleransi ketika ada anak kecil usia sekitar 4 tahunan yang lagi kebelet pipis, gak dikasih kesempatan untuk masuk duluan. Ada 3 pintu kamar mandi disana, dan miris, para ibu-ibu itu bener-bener kayak gak pernah punya anak kecil.

Saya sendiri ngawasin dan senyum-senyum gak jelas. Jelas-jelas sekali budaya nyrobot antrian orang ini memang bisa dibilang tindakan gak punya malu. Istilahnya, mengambil bagian orang lain tanpa izin dan hanya kesadaran diri yang bisa membuatnya berubah. Kesabaran seolah gak bisa ditahan! kalau ngomongin kebutuhan, tentu saja semua orang butuh, saya malah mikirnya.. Orang-orang seperti ini akan menimbulkan banyak perdebatan dan bisa bikin berantem.

Membiasakan hal baik sejak sangat dini


Dari sana, ada keinginan kuat dalam diri saya untuk membuat anak saya tidak seperti mereka ketika dewasa. Toleransi dan mendahulukan hak orang lain, mendahulukan yang seharunya memang harus duluan serta bersikap sabar dan mengerti keadaan orang lain itu sangat penting. Empati dalam diri memang benar-benar harus dibentuk sejak sebelum ia bisa membaca dan kenal huruf. Budi pekerti dan akhlaklah yang utama, bukan yang lain.
Previous Post
Next Post

post written by:

Seorang ibu yang senang menulis tentang motivasi diri, parenting dan juga tentang kehidupan sehari-hari di Jombloku. Semoga blog ini bisa membawa manfaat buat kita semua.

0 comments: