Thursday 10 November 2016

Keuntungan Bekerja Dekat dengan Anak

Postingan ini terinspirasi dari chat saya di grup sekolah dulu. Awalnya sahabat saya bilang dia sedang di Halmahera, dengan ngawurnya dia bilang itu kampung halaman saya kwwkw. Padahal dia tahu betul saya orang Jawa asli. Salah seorang teman menimpali,

"Ngapain kamu kesana?"

"Sebagai bapak yang tugasnya cari nafkah" Katanya simple..

"Lah.. aku, bapaknya cari nafkah tapi aku gak pernah ditinggal lho.. Enak ditungguin terus, terlebih bisa ngawasin anak bareng-bareng"



Begitulah awalnya..

Banyak orang tua yang biasa meninggalkan buah hatinya bersama eyangnya atau pembantunya sendiri dirumah. Tentu saja semua itu bukan karena ataupun dengan keinginan mereka sendiri. Banyak sebab orang tua meninggalkan anak-anaknya saat ia masih berusia dini. Dari tuntutan pekerjaan, karir sampai situasi yang memang seharusnya begitu. Disini, saya tidak akan membahas sikap-sikap ibu yang meninggalkan anaknya dirumah sendiri dengan orang lain, karena saya tahu, semua orang berbeda menurut kesepakatan rumah tangga dan kebutuhannya masing-masing pasangan.

Hanya saja, sebagai seorang ibu yang tidak bekerja diluar rumah dan selalu bisa berada didekat anak-anak. Saya merasakan beberapa hal yang mungkin tidak dirasakan oleh ibu pekerja. Dan begitupun sebaliknya, saya juga tidak bisa merasakan apa yang dirasakan oleh ibu bekerja saat meninggalkan anaknya dirumah atau di penitipan anak.

Bisa mengawasi anak bersama


Kadang, sang ayahlah yang sangat jarang bertemu dengan buah hati. Mereka harus bekerja diluar rumah dari pagi hingga sore hari. Sedangkan saya dan mas Joo, selalu bersama dalam satu rumah karena pekerjaan kami. Dan untungnya, kami memiliki pikiran yang sama soal mendidik anak ini. Kadang, memang saya bisa sangat kesal dengan tingkah Kinza yang gak bisa diam. Bahkan, mau pake baju saja bisa memakan sampai 15 menit. Saling kejar, gak mau dipakein baju, lari kesana kemari, duh! Tapi Abinya itu sabarrr banget sama Kinza, jadi cemburu juga :D.

Ada banyak hal yang harus kami luruskan dan kami diskusikan, seperti tidak mudah menerima barang dari orang lain sampai mengajarinya untuk mudah berbagi dengan temannya.

Abi Kinza sendiri tidak mengizinkan saya bekerja diluar rumah sedangkan saya sendiri memang tipe-tipe wanita rumahan :D. Dan menurutnya.. wanita menikah memang harus dirumah, saya sih manut-manut saja, karena saya percaya, pembagian fitrah suami istri memang sudah ada, begitu saja.
Previous Post
Next Post

post written by:

Seorang ibu yang senang menulis tentang motivasi diri, parenting dan juga tentang kehidupan sehari-hari di Jombloku. Semoga blog ini bisa membawa manfaat buat kita semua.

0 comments: