Tuesday 16 May 2023

Wisata "Hutan Pinus" Wonosalam yang Unik

"Wonosalam adalah sebuah Kecamatan di kaki Bukit Anjasmoro yang sejak lama dikenal sebagai penghasil durian terbesar di Jawa Timur. Tetapi, selain legitnya rasa durian endemik. Wonosalam, kini makin ramai dikunjungi karena menjamurnya tempat-tempat wisata bernuansa alam. Salah satunya adalah Wana Wisata Bukit Pinus yang Unik."

Wonosalam? Saya yakin kamu akan mengernyitkan dahi saat mendengar nama tanah kelahiran saya ini. Entah karena tidak tahu di mana persisnya letak Wonosalam berada, atau mungkin karena namanya yang terdengar sedikit agamis.

Nama Wonosalam memang tidak sepopuler kota-kota besar di Jawa Timur (Jatim) semisal Surabaya atau Malang. Tapi, bagi warga Jatim, khususnya warga Kabupaten Jombang, Wonosalam adalah nama yang tentu tidak asing di telinga mereka.

Durian Lokal Wonosalam Jombang
Durian Lokal Wonosalam Jombang (Image by Jatimnow)

Popularitas nama Wonosalam memang tidak lepas dari durian yang menjadi salah satu komoditi utama di daerah ini.

Tapi belakangan, nama Wonosalam kian santer disebut-sebut, bukan hanya karena faktor durian belaka, tapi juga karena indahnya pemandangan alam serta menjamurnya objek wisata.

Apalagi sejak jalan utama yang menjadi akses ke Kecamatan ini diperbaiki dan diperlebar, kunjungan wisata ke wilayah ini meningkat drastis, khususnya di akhir pekan dan di hari-hari libur.

Pemandangan alam di Wonosalam memang sangat menarik, indah, dan menyegarkan. Lokasi Wonosalam berada di kaki Bukit Gunung Anjasmoro adalah salah satu faktor yang membuat alam Wonosalam begitu mempesona.

Wisata Sungai di Wonosalam Jombang
Sungai di Wista KANSA Wonosalam (Image By Google Maps)

Lalu, kontur landscape Wonosalam yang didominasi perbukitan juga turut menciptakan nuansa yang eksotis. Apalagi, bukit-bukit tersebut tak melulu hanya ditanami pohon durian, cengkeh, kopi, atau salak oleh para warga. Karena selain berbagai pepohonan milik para petani, di Wonosalam masih terdapat banyak hutan dengan pepohonan yang tumbuh liar.

"Meski berstatus sebagai sebuah kecamatan, namun Wonosalam ini nuansanya justru seperti pedesaan. Bahkan di Kota Kecamatan sekalipun, nuansa pedesaan sangat terasa. Air di Wonosalam ini juga berasal dari air pegunungan mbak. Makanya airnya dingin sekali." Papar Jauhari, salah seorang warga Wonosalam yang sehari-hari bekerja sebagai content creator dan pernah pula bekerja sebagai penulis konten untuk website Desa Carangwulung - Wonosalam.

"Dan, banyak objek wisata di sini yang menawarkan air atau pemandangan alam sebagai objek utamanya. Entah itu, yang berupa kolam renang, sungai-sungai berair jernih lengkap dengan bebatuannya, hingga hutan yang rindang."

"Di sini, ada satu tempat wisata yang menurut saya unik. Namanya adalah Wana Wisata Bukit Pinus. Saya katakan unik karena selain dibuka sebagai objek wisata, pohon-pohon pinus yang ada di tempat ini juga dimanfaatkan oleh warga untuk disadap." Imbuhnya menjelaskan.

Penasaran kan dengan berbagai objek wisata alam Wonosalam yang satu ini? Jangan khawatir! Saya akan mengajak kalian mengeksplorasi uniknya tempat wisata bernuansa hutan di Wonosalam ini.

Wana Wisata Bukit Pinus Wonosalam yang Unik

Objek Wisata Bukit Pinus Wonosalam Jombang
Objek Wisata Bukit Pinus Wonosalam Jombang (Photo by Densai)

Wisata Bukit Pinus (WBP), begitu kira-kira nama objek wisata yang dikelola oleh warga setempat ini.

Sesuai dengan namanya, objek wisata ini menawarkan pemandangan alam berupa hutan pinus sebagai daya tarik utamanya.

Selain dibuka sebagai destinasi wisata di siang hari, hutan pinus ini juga masih aktif dimanfaatkan oleh warga untuk disadap atau diambil getahnya.

Getah pohon pinus memiliki manfaat yang sangat beragam. Mulai dari, bahan industri, pengobatan tradisional, produk perawatan kulit, pengharum dan aroma terapi, serta bisa juga dimanfaatkan sebagai produk kebersihan.

Sebagian besar masyarakat Wonosalam sehari-hari memang bekerja sebagai petani, sehingga tak mengherankan apabila segala bentuk kekayaan alam yang berkaitan dengan tanam-tanam akan dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan.

Namun tak melulu hanya mengambil manfaat dari hasil hutan ini, masyarakat setempat juga tidak lupa untuk melestarikan alam dengan melakukan reboisasi maupun penambahan jumlah pohon pinus.

Maklum, pohon pinus yang ada di Wonosalam memang tidak sedominan pohon sengon dan pohon multi-purpose species seperti cengkeh, durian, atau pohon manggis.

Penanaman ini merupakan bukti kepedulian masyarakat terhadap kelangsungan alam sekaligus untuk melindungi ekosistem yang ada di dalamnya.

Tidak hanya itu, masyarakat Wonosalam kini sudah lebih sadar lingkungan dan lebih sadar mengenai pentingnya menjaga hutan untuk mencegah perubahan iklim yang saat ini menjadi salah satu isu terbesar.

Pembalakan Hutan Wonosalam

Tahun 1998 hingga tahun 2002 adalah masa kelam bagi hutan Wonosalam. Pasalnya, di tahun-tahun tersebut kelestarian hutan Wonosalam terancam oleh pembalakan liar, penebangan pohon-pohon yang dilindungi, hingga perburuan hewan-hewan oleh masyarakat.

Jika ditelaah lebih jauh deforestasi atau pembalakan hutan yang menyebabkan hutan menjadi gundul tidak hanya berpotensi menyebabkan banjir dan hilangnya sejumlah mata air, tapi juga dapat menyebabkan emisi karbon yang bisa berdampak sangat signifikan terhadap lingkungan. Seperti misalnya,

  • Menyebabkan pemanasan global
  • perubahan iklim yang ekstrim hingga menyebabkan berbagai fenomena seperti badai, kekeringan atau kemarau panjang, banjir, hingga perubahan iklim
  • Menyebabkan gangguan ekosistem yang mengancam kelangsungan hidup organisme seperti tumbuhan dan hewan
  • Menyebabkan pergeseran habitat, dan
  • Menimbulkan masalah kesehatan bagi manusia seperti, masalah pernapasan, alergi, hingga penyakit kardiovaskular

Namun berkat kegigihan LSM, pihak Perhutani, perusahaan seperti Sampoerna Kayoe, serta warga masyarakat yang semakin sadar akan lingkungan, lahan-lahan hutan yang sempat terbabat tersebut kini sudah mulai ditanami kembali dengan berbagai jenis pepohonan jenis multi-purpose tree.

Menurut Mukhlas Bassa, seorang Guru Madrasah Aliyah (MA) Fasser, Kecamatan Wonosalam, kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian hutan tidak lepas dari dua dampak yang diakibatkan oleh pembalakan liar beberapa tahun silam.

Dampak pertama akibat pembalakan tersebut adalah banjir bandang di area Mojokerto pada tahun 2002. Banjir bandang tersebut diperkirakan terjadi akibat kiriman air hujan dari Wonosalam yang tidak terserap tanah.

Dampak kedua berkurangnya hutan secara drastis di kecamatan Wonosalam adalah hilangnya sejumlah mata air.

“Hutan kami rusak sekitar tahun 1998-2002. Malah pada tahun 2002 terjadi banjir bandang di wilayah Mojokerto akibat hutan di sekitar kita gundul. Kekhawatiran terhadap hutan yang semakin rusak, serta terhadap mata air yang pada 2007 semakin banyak yang mati atau hilang, menjadi awal kegiatan kami di bidang lingkungan,” pada Mukhlas.

#BersamaBergerakBerdaya adalah istilah yang tepat untuk menggambarkan kondisi hutan Wonosalam yang seolah-olah terlahir kembali berkat kerjasama antara berbagai pihak. Mulai dari pemerintahan melalui Perhutani, LSM, perusahaan, dan masyarakat.

Sebagai masyarakat yang peduli terhadap lingkungan, saya tentu saja ingin memberikan sumbangsih yang terbaik bagi lingkungan. Khususnya, untuk kelestarian hutan.

Menyatukan visi #UntukmuBumiku dengan mengajak setiap elemen masyarakat, baik tua maupun muda hingga anak-anak untuk mencintai hutan dan menjaga kelestariannya, adalah mitigasi untuk mengurangi risiko perubahan iklim.

Jika saya mendapatkan kesempatan untuk membuat kebijakan dalam rangka mitigasi resiko perubahan iklim, beberapa hal berikut ini adalah yang paling ingin saya lakukan.

  1. Mengharuskan sekolah-sekolah untuk belajar di alam setidaknya sehari dalam seminggu agar para siswa bisa belajar dan mencintai lingkungan, khususnya hutan
  2. Saya ingin setiap sekolah punya program menanam 1 pohon per siswa dari tingkat TK hingga perguruan tinggi sebagai syarat kelulusan

Penutup

Menjaga kelestarian lingkungan tidak hanya bermanfaat untuk mengurangi risiko perubahan iklim akibat emisi karbon yang penyerapannya semakin berkurang karena berkurangnya jumlah pohon-pohon di hutan, tapi juga bisa bermanfaat bagi kita dalam berbagai aspek.

Seperti Wana Wisata Bukit Pinus Wonosalam yang saya ceritakan tadi misalnya, pepohonan yang tumbuh di hutan ini tidak hanya bisa dijadikan sebagai destinasi untuk healing, tapi juga bisa dijadikan sebagai sumber penghidupan oleh masyarakat sekitar. Entah itu, dengan membuat berbagai macam usaha di sekitar tempat wisata tersebut, menyadap getah pohon pinus, dan dampak lingkungan yang tak ternilai harganya.

Dengan berbuat sesuatu meski itu hal sepele, tapi apabila dilakukan bersama, maka dampaknya pasti akan sangat masif bagi hutan Indonesia yang semakin tergerus akibat deforestasi.

Kalau kalian masih merasa bingung dengan apa yang bisa kalian lakukan agar bisa memberikan dampak yang positif Bagi lingkungan atau hutan Indonesia jangan ragu berkunjung ke website Team up for impact.

"Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya!"

Previous Post
Next Post

post written by:

Seorang ibu yang senang menulis tentang motivasi diri, parenting dan juga tentang kehidupan sehari-hari di Jombloku. Semoga blog ini bisa membawa manfaat buat kita semua.

0 comments: