Thursday 16 March 2017

Jangan Hanya Memandang Keatas, Nak

Setiap hari, ada saja yang membuat saya belajar dari Kinza. Dari belajar melatih kesabaran yang belum juga berhasil sampai belajar menyikapi semua kelakuannya yang kadang membuat saya pengen berteriak. Kinzaaa.... Namun harus saya tahan, gimana tuh rasanya mau teriak tapi ditahan-tahan, ya kayak mau pipis tapi gak boleh pipis gitulah, bingung haha.

Saya salut banget sama seorang blogger yang sabar banget ngurusin anaknya yang memiliki kebutuhan kusus. Dia telaten banget ngerawat anaknya, sangat sabar. Rasa syukurnya gak pernah berhenti, mesti mungkin ada kalanya dia merasa sangat lelah dengan ujian itu, namun kelelahan tersebut tak pernah ditampakkan didepan orang lain. Sedangkan saya dan juga ibu-ibu yang sudah diberikan nikmat berupa kesehatan dan tumbuh kembang anak yang sangat baik, masih saja suka marah-marah. Seperti orang yang gak bisa bersyukur dengan nikmat tersebut.



Memandang Keatas, Membuat Kita jadi Pribadi yang Kurang Bersyukur


Awalnya, saya kepikiran untuk menulis hikmah yang saya dapatkan hari ini saat melihat Kinza mencari kerupuk yang tadi pagi kami beli di pasar. Kinza memang suka banget sama kerupuk, tapi kayaknya tenggorokannya Kinza itu ngikut-ngikut Abi-nya, tenggorokan kemayu alias mudah sekali radang. Nah.. saking sukanya sama krupuk, dia pasti mau nambah lagi pas krupuk ditangannya udah habis, maksudnya itu, season 1 dan mau lanjutin yang season 2 haha.


Karena saya gak ngasih, dia cari sendiri krupuknya. Dan apa, dia selalu melihat keatas meja, atas kulkas pokoknya nengok atas terus. Padahal, krupuk saya letakkan dibawah meja tepat didepannya, sangat nampak dan kelihatan. Memang dasarnya dia gak mau memandang kebawah, jadinya krupuknya gak ketemu dong ya haha..

Sikap-sikap lucu ini yang kadang bikin saya geli sendiri. Sama juga kayak Abi-nya, Abi Kinza mesti nyari-nyari sesuatu, tapi ditempat-tempat yang kelihatan aja. Pernah saya taruk ungkep ayam di kulkas dan di laci yang berbeda, gitu aja dia gak tau haha. Ah gokil.

Dari kejadian ini, bahwa kita memang harusnya lebih sering memandang kebawah. Jangan cuma memandang keatas yang belum tentu memberikan kita kebahagiaan. Memandang keatas dalam artian selalu iri kepada orang-orang yang hanya kelihatan baik dari sisi materi, akan membuat kita susah bersyukur atas banyaknya nikmat yang Allah berikan. Padahal, ada banyak sekali orang-orang dibawah kita yang jauh dari kenikmatan yang sudah kita dapatkan. Begitulah memsang kita, sulit sekali menerima keadaan diri sendiri yang sudah banyak menerima kebahagiaan. Nggak punya hutang juga masuk dalam salah satu nikmat besar lho... Lebih baik menerima rezeki yang sedikit dari pada harus terlihat "kaya"  tapi banyak hutang, hiii ngeri :D.

Yuk belajar lebih pandai bersyukur dengan keadaan kita, bukankah sabar dan syukur adalah pasangan yang serasi yang harus kita jadikan tongkat untuk menuntun dalam jalan yang baik di hidup ini, InsyaAllah ya..
Previous Post
Next Post

post written by:

Seorang ibu yang senang menulis tentang motivasi diri, parenting dan juga tentang kehidupan sehari-hari di Jombloku. Semoga blog ini bisa membawa manfaat buat kita semua.

0 comments: