Thursday 16 February 2017

Mental Pengemis, Harus Dibunuh Sejak Usia Dini

Banyak sekali kita lihat orang-orang yang dengan mudahnya meminta belas kasih orang lain atau melakukan hal-hal remeh yang intinya itu minta. Dijalan-jalan, dalam bis, bahkan pernah saya lihat mereka memanfaatkan lubang kecil ditengah jalan untuk minta uang dari pengguna jalan. Atau memperkecil jalan raya agar mobil tidak bisa masuk dua yang akhirnya masuk bergantian dan harus membayar beberapa receh. Jangankan mereka, yang memiliki harta yang cukup dimata kita atau mereka yang memiliki jabatan dan pekerjaan yang lumayan saja masih suka meminta sesuatu kepada orang lain. Dikit-dikit minta, dikit-dikit mau dan semua sejenisnya.

Kinza Mahveen Ali


Dari sana saya mempelajari satu hal, mereka sudah memiliki mental pengemis. Dasarnya mental ini memeang sudah ada dan mungkin sudah terlatih sejak masih kecil, seremeh apapun pekerjaannya, intinya itu ya minta. Saya bahkan miris sekali melihat anak kecil yang dibiarkan oleh orang tuanya melakukan hal-hal ini. Sebenarnya, kita bisa saja "membunuh" mental pengemis ini, namun memang harus butuh perjuangan yang gak mudah, perjuangan dan kebiasaan.

Mulai dari diri sendiri


Dulu, saya selalu berkata kepada teman saya yang akrab banget saat Kinza masih kecil, setiap ia telpon saya, saya bilang "Sangune bude...". Saya mengumpamakan diri saya Kinza dan berharap dapat sangu saat bertemu. Meski konteksnya hanya bercanda, ternyata hal-hal yang seperti ini akan menimbulkan mental pengemis pada diri anak-anak kita. Suami saya selalu mengingatkan, bahkan saat itu saya kena marah karena meskipun cuma bercanda, jangan pernah dikatakan lagi. Dari sana saya menyadari, bahwa diri saya sendiri harus dididik dulu sebelum saya menerapkan kebaikan kepada anak-anak saya nanti.


Segala hal harus dimulai dari diri sendiri, kebaikan atau keburukan, datangnya dari kebiasaan yang terkadang tidak kita sadari.


Ajari Anak untuk tidak mudah minta-minta


Kadang, orang-orang disekitar juga perlu dimintai kerjasamanya dalam hal ini. Pengalaman anak saya Kinza sering sekali minta kue ditetangga sebelah rumah yang jualan kue, dan tetangga saya dengan mudahnya ngasih begitu saja. Saya gak setuju dengan kebiasaan yang seperti ini, namanya anak-anak kan belum ngerti, dia pasti minta apa yang dia kepengen makan. Kata tetangga saya, gak papa mbak, cuma 500 perak saja, saat saya akan membayar uang kue yang sudah dimakan oleh Kinza.

Kemudian, saya meminta bantuan tetangga saya untuk tidak dengan mudah ngasih yang ia jual kepada anak saya.

"Kalau anak saya minta, tolong disuruh pulang dulu ya mbak, jangan langsung dikasih, suruh minta uang pulang"

Begitu kira-kira permintaan saya kepada tetangga saya sembari menambahkan beberapa alasan mengapa saya gak mau anak saya mudah menerima pemberian dari orang lain.

"Saya sednag mengajarkan kepada anak saya untuk berusaha gak meminta dan gak mudah menerima. Segala hal harus didapatkan dengan berusaha bukan dengan meminta"

Sebenarnya masih banyak lagi kejadian yang bisa membuat kita belajar banyak tentang hidup, tentang ahlak dan tentang bertetangga yang baik. Semoga hikmah-hikmah dari setiap kejadian membuat kita menjadi manusia yang bermanfaat untuk sesama. InsyaAllah..
Previous Post
Next Post

post written by:

Seorang ibu yang senang menulis tentang motivasi diri, parenting dan juga tentang kehidupan sehari-hari di Jombloku. Semoga blog ini bisa membawa manfaat buat kita semua.

0 comments: