MasyaAllah ya Bund, kadang yang bikin kita rempong seharian tuh bukan anak rewel atau cucian numpuk… tapi hal kecil kayak gusi berdarah.
Kemarin, Mas Kinza tiba-tiba ngeluh, “Mi, ini loh… gusi Mas berdarah.” Sambil nunjukin tisu yang udah ada bercak merahnya. Duh, deg-degan banget deh. Perasaan sikat gigi-nya udah rajin banget, eh sekarang ada darah-darah segala.
![]() |
Kinza Aktif Main Layangan Karena Gigi & Gusinya Sehat |
Aku langsung auto-inspeksi, jadi detektif dadakan. Apakah ini karena kurang minum? Karena gosok giginya terlalu keras? Atau... ada hal lain yang lebih serius?
Di Rumah Kami, Gigi Itu Masalah Serius
Keluarga kami emang bukan keluarga influencer gigi, tapi kami punya semangat tinggi dalam urusan mulut. Karena menurut kami, kesehatan gigi dan gusi itu bukan cuma urusan estetika, tapi soal kenyamanan, produktivitas, bahkan akhlak. Lho kok bisa?
Coba bayangin anak kita lagi belajar, terus tiba-tiba gusinya berdarah, mulut ngilu, dan bikin nggak nyaman. Mau konsentrasi juga jadi susah, kan? Mau makan nasi juga ogah. Ujung-ujungnya... sekolah jadi terganggu, les males, PR nggak selesai. Padahal cuma karena... nggak serius waktu disuruh sikat gigi!
Pentingnya Memberi Contoh
Aku dan suami di rumah sepakat, anak-anak itu nggak cukup disuruh. Mereka harus dikasih contoh.
Makanya, setiap pagi dan malam, kami berusaha ngajak anak-anak sikat gigi bareng. Bukan sekadar nyuruh dari ruang tamu sambil masak (maklum dapur kami memang ada di ruang tamu), tapi bener-bener masuk kamar mandi dan ambil sikat masing-masing, udah kayak lomba sikat gigi aja.
![]() |
Mas Kinza Gosok Gigi |
Mas Kinza bahkan punya ritual khusus setiap kali gosok gigi.
“Aku biar semangat, Ummi,” katanya sambil nyikat gerahamnya dengan gaya ala raja hutan.
Daripada larang-larang, aku iyain aja sambil ngingetin... “Oke, tapi singanya harus punya gigi bersih, ya. Nanti biar nggak gatal kalau makan zebra mentah!”
Langsung deh dia nyikat lagi, kali ini lebih serius, meski tetap sambil ngeluarin suara “grrrr” pelan-pelan. Lucu banget sih.
Ngobrol Tentang Mulut, Tapi Penuh Makna
Suatu malam, aku sempat diskusi ringan sama Mas Kinza dan Zayn. Aku tanya, “Kenapa sih kita harus jaga gusi?”
Dia jawab polos, “Biar nggak sakit gigi kayak lek Anna.”
Hahaha... Lucu tapi bener sih jawabannya, tapi di situlah aku mulai jelasin pelan-pelan.
BTW, Lek Anna itu adalah adik bungsuku yang baru masuk SMP, tapi sejak SD udah sering sakit gigi gara-gara jarang gosok gigi kalau mau tidur.
Aku jelasin kalau mulut itu adalah gerbang makanan. Bahwa gusi yang sehat artinya tubuh juga lebih kuat. Trus, yang paling penting, kalau mulut nggak enak, kita pun jadi males mau ngapa-ngapain.
Lalu, Kenapa Sih Gusi Bisa Berdarah?
Penyebab gusi berdarah itu apa sih? Kalau kata dokter gigi ya, Bund. Ternyata... penyebab gusi berdarah yang paling umum itu adalah plak dan karang gigi yang menumpuk.
Jadi, sisa-sisa makanan yang nggak dibersihin dengan baik bisa mengiritasi gusi, bikin radang, dan lama-lama akan bikun gusi berdarah. Bahkan dalam kasus tertentu, bisa jadi awal dari penyakit gusi yang dikenal dengans sbutan gingivitis.
Ini muncul bukan karena anak nggak gosok gigi lho ya... tapi karena cara dan waktunya yang mungkin kurang tepat. Misalnya, karena buru-buru karena takut telat sekolah jadi gosok giginya nggak benar. Atau, sikat giginya asal nempel ke gigi doang, nggak sampai ke gusi.
Kunci Agar Gusi Tidak Berdarah: Sikat Gigi yang Benar dan Gunakan Pasta Gigi yang Tepat
Selain cara menerapkan cara sikat gigi yang benar, satu lagi yang menjadi concern kami dalam merawat mulut dan gigi keluarga adalah, kami mulai pake pasta gigi yang direkomendasikan dokter. Yang mengandung fluoride dan baik untuk gusi.
Kami juga mulai biasakan beberapa hal ini:
- Sikat gigi dua kali sehari, pagi dan malam. Khusus malam tidak boleh skip meski ngantuk, capek, dll. Intinya, tidak ada alasan untuk tidak sikat gigi sebelum tidur.
- Pakai sikat gigi dengan bulu halus (soft bristle).
- Sikat gigi dengan gerakan memutar, bukan maju mundur syantik...
- Sikat gigi lagi kalau anak minta makan atau ngemil setelah sikat gigi malam (karena anak-anak emang kadang suka minta makan kalau ngerasa masih lapar atau kepengen sesuatu 🤦🏻♀️)
Dan ternyata... konsistensi kecil ini mulai kelihatan hasilnya. Mas Kinza hampir nggak pernah ngeluh gusi berdarah, dan yang paling penting, dia sendiri yang sekarang suka ngingetin aku buat sikat gigi.
“Kita belum gosok gigi nih, Mi...” Subhanallah ya Bund, ternyata edukasi kecil pelan-pelan bisa membekas juga.
Mengubah Kebiasaan Tanpa Menggurui
Aku tahu, kadang kita suka pengen “menyuap” anak dengan hadiah biar mau sikat gigi. Tapi ternyata, yang lebih ampuh itu kebersamaan dan kesabaran.
![]() |
Ilustrasi menemani anak sikat gigi bersama |
Mendidik anak buat peduli mulutnya sendiri itu butuh waktu. Tapi kalau kita sebagai orang tua konsisten, pelan-pelan mereka akan merasa kalau ini penting. Bukan karena disuruh, tapi karena kesadarannya sudah terbangun.
Apalagi kalau kita hubungkan sama hal-hal yang mereka suka.
“Kalau mulut bersih, nanti belajar jadi fokus, ngaji juga nggak terganggu.” “Kalau gigi bersih, nafas nggak bau. Bisa deket-deket temen tanpa malu.” Anak-anak tuh suka kalau alasannya masuk akal dan menyentuh dunia mereka.
Gusi Berdarah Itu Bisa Menjadi Alarm Kecil dari Allah
Kadang kita terlalu sibuk mikirin sakit yang gede-gede sperti diabetes, kolesterol, asam urat lah. Tapi justru yang kecil-kecil kayak gusi berdarah ini bisa jadi sinyal awal kalau ada yang harus diubah dari gaya hidup kita.
Mungkin kita kurang minum. Mungkin terlalu banyak makan manis. Atau... kita mulai abai terhadap rutinitas sikat gigi malam karena capek, malas, atau berbagai alasan lainnya. Padahal, gusi berdarah adalah alarm halus dari tubuh kita. Kayak bilang: “Hei, aku butuh diperhatiin juga loh…”
Edukasi Itu Bisa Dimulai dari Hal-hal Kecil
Buat saya, edukasi itu bisa dimulai dari mana saja. Termasuk dari kamar mandi. Iya Bund! dari tempat yang sering kita abaikan. Dari wastafel kecil yang kadang cuma jadi tempat cuci tangan.
Di sanalah anak-anak belajar merawat dirinya. Belajar bahwa tubuh ini adalah amanah. Belajar bahwa gigi, gusi, dan mulut bukan cuma soal penampilan… tapi soal menghargai diri sendiri.
Dan kita sebagai orang tuanya adalah guru sekaligus teladan pertama mereka. Guru yang ngajarin tanpa papan tulis. Yang mendidik lewat contoh, bukan ceramah.
Jadi kalau anak kta bilang giginya ngilu atau gusinya berdarah… jangan cuma bilang “yaudah kumur-kumur air putih aja.” Tapi, coba luangkan waktu sebentar, lihat cara mereka sikat gigi, cek sikatnya, cek pastanya. Dan pegang tangan mereka sambil bilang, “Nggak apa-apa, yuk bunda kasi tau caranya supaya gusinya nggak berdarah lagi.”
Semoga dari darah di gusi itu, lahir kebiasaan baru yang lebih baik. Dan semoga, dari mulut yang sehat itu, lahir generasi cerdas, produktif, dan penuh keberkahan.
Aamiin ya Rabb...
0 comments: