Dalam hidup ini, ada hal-hal yang tidak bisa kamu ceritakan kepada orang lain. Hal-hal yang disebut rahasia untuk diri sendiri. Tapi menyimpan sendiri bukan solusi yang tepat untuk menjaga biar pikiran tetap waras, minimal selevel dengan kata waras lah.
Cerita harus dibagi, beban harus diceritakan, pikiran yang mengusik harus segera dikurangi. Itu salah satu usaha untuk menjaga agar pikiran masih dalam keadaan waras. Minimal berbicara dengan diri sendiri, mengapa begini dan begitu.
Dan akhirnya, sayalah yang pengen bercerita tentang kehidupan. Akhir-akhir ini saya ngerasa kecewa dengan temen blogger. Ceritanya.. dia meminta saya bantu membuat artikel untuk blognya. Tapi karena saya tidak sempat saya bilang saya mau terima tapi tim penulis yang akan membuat artikelnya. Tapi apa, mungkin karena tidak tahu atau memang gak mau tahu, dengan polosnya dia meminta saya ngasih nomer kontak penulis saya. Sebagai teman, saya gak bisa menolak tapi ya gimana, akhirnya saya kasih.
Penulis saya adalah aset saya, orang yang berpartner dengan saya. Ada yang namanya produsen dan reseller. Tapi sebentar dulu saya sudah tau kalau rezeki memang sudah Allah atur dengan sangat teliti dan sangat baik. Tapi cara kita berinteraksi dengan orang lain juga harus dijaga. Kecewanya saya, mengapa harus minta secara langsung nomer penulis saya dengan alasan biar mudah berkomunikasi nya. Kalau soal berkomunikasi saya juga bisa melakukannya, sudah sering. Kalau mau orang lain yang nulis, kenapa minta penulis saya gitu lo. Ya wes cario sendiri ben aku nggak tersinggung. Penulis saya itu ya privasi saya, bisnisnya ya sama saya.
Cerita harus dibagi, beban harus diceritakan, pikiran yang mengusik harus segera dikurangi. Itu salah satu usaha untuk menjaga agar pikiran masih dalam keadaan waras. Minimal berbicara dengan diri sendiri, mengapa begini dan begitu.
Dan akhirnya, sayalah yang pengen bercerita tentang kehidupan. Akhir-akhir ini saya ngerasa kecewa dengan temen blogger. Ceritanya.. dia meminta saya bantu membuat artikel untuk blognya. Tapi karena saya tidak sempat saya bilang saya mau terima tapi tim penulis yang akan membuat artikelnya. Tapi apa, mungkin karena tidak tahu atau memang gak mau tahu, dengan polosnya dia meminta saya ngasih nomer kontak penulis saya. Sebagai teman, saya gak bisa menolak tapi ya gimana, akhirnya saya kasih.
Penulis saya adalah aset saya, orang yang berpartner dengan saya. Ada yang namanya produsen dan reseller. Tapi sebentar dulu saya sudah tau kalau rezeki memang sudah Allah atur dengan sangat teliti dan sangat baik. Tapi cara kita berinteraksi dengan orang lain juga harus dijaga. Kecewanya saya, mengapa harus minta secara langsung nomer penulis saya dengan alasan biar mudah berkomunikasi nya. Kalau soal berkomunikasi saya juga bisa melakukannya, sudah sering. Kalau mau orang lain yang nulis, kenapa minta penulis saya gitu lo. Ya wes cario sendiri ben aku nggak tersinggung. Penulis saya itu ya privasi saya, bisnisnya ya sama saya.